Dinas Kesehatan Optimistis di Tahun 2021

Dinas Kesehatan Optimistis di Tahun 2021

CIREBON – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon optimistis menatap tahun 2021. Sejumlah target dipasang dan siap direalisasikan untuk menyempurnakan capaian di tahun 2020 yang saat ini kurang maksimal akibat pandemi Covid-19. Yang nanti diprioritaskan, Dinas Kesehatan akan menekan serendah mungkin angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Targetnya pun jelas, harus lebih baik dari tahun 2020.

Beberapa langkah akan dilakukan untuk menyongsong target tersebut di antaranya dengan melakukan intervensi masalah kesehatan pada keluarga yang merupakan salah satu faktor penting untuk merealisasikan target pencapaian di 2021.

Kadinkes Kabupaten Cirebon, Hj eni Suhaeni SKM MKes mengatakan, banyaknya target yang belum tercapai di tahun 2020 tidak lepas dari adanya pandemi Covid-19 dari Bulan Maret 2020 hingga saat ini. Kondisi tersebut sangat memengaruhi realisasi target-target pada awal tahun 2020.

“Target kita tahun 2021 nanti, akan berupaya semaksimal mungkin menekan kasus kematian pada ibu dan bayi. Beberapa hal menjadi penyebab masih tingginya angka kematian ibu dan bayi pada tahun 2020,” ujarnya.

Ditambahkannya, angka kematian AKI dan AKB tidak lepas dari  besarnya kasus risiko tinggi (resti) dan komplikasi pada ibu hamil. Selain itu, sarana ICU rumah sakit yang saat ini jumlahnya terbatas sedikit banyak berperan mengatrol angka kasus AKI dan AKB di Kabupaten Cirebon.

“Selain dari faktor eksternal, risiko tinggi kematian AKI dan AKB ini juga sangat mungkin disebabkan pemahaman ibu hamil tentang faktor risiko yang masih sangat kurang,” imbuhnya.

Sementara itu, persoalan lainnya yang juga bakal menjadi prioritas di tahun 2021 adalah persoalan masalah stunting dan gizi buruk di Kabupaten Cirebon. Hal tersebut, menurut Eni, disebabkan dari belum optimalnya pemberian makanan tambahan yang dikonsumsi oleh balita gizi kurang walaupun distribusi pemberian makanan tamabahan (PMT) berupa  biskuit sudah dipenuhi 100% oleh Kemenkes RI.

“Kasus gizi buruk meningkat karena pada umumnya disebabkan oleh penyakit kronis dengan penyakit penyerta. Bukan kasus gizi buruk yang murni yang disebabkan karena asupan makanan yang kurang. Yang tak kalah penting dilakukan nantinya adalah, upaya pemberian konseling serta pemahaman pada ibu balita gizi kurang tentang pentingnya pemberian makan bayi dan anak,” bebernya.

Terjadinya pandemi Covid-19 sendiri sangat berdampak pada layanan dinkes yang tidak bisa mencapai target. Dari mulai target cakupan pelayanan imunisasi hingga kegiatan pengukuran tumbuh-kembang balita yang terhambat dilaksanakan akibat pandemi Covid-19.

“Pandemi, baik langsung maupun tidak, merubah kebiasaan. Kita tentu harus beradaptasi. Hal-hal yang sebelumnya bisa dilakukan, kini dengan terjadinya pandemi, tidak bisa dilakukan atau harus dengan penyesuaian tertentu,” ungkapnya.

Eni menyebut, dari data yang ia peroleh saat ini, ada penurunaan beberapa kasus penyakit di Kabupaten Cirebon. Di mana, untuk kasus baru HIV pada 2019 sebanyak 257 kasus. Pada 2020 hanya 207 kasus.

Tekait penanganan pandemi Covid-19 sendiri, menurut Eni, Dinkes Kabupaten Cirebon terus berupaya untuk menekan jumlah penambahan kasus. Saat ini, di Kabupaten Cirebon, total jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 3.684 orang. Dari jumlah tersebut, kasus terkonfirmasi yang saat ini dinyatakan sembuh sebanyak 2.751 orang dan sisanya 717 orang masih menjalani perawatan. Baik melakukan isolasi mandiri karena tanpa gejala, atau isolasi di rumah sakit karena bergejala.

“Kita saat ini sudah melakukan pemeriksaan 42.050 spesimen. Kami meminta semua pihak untuk bersama-sama pemerintah, mencegah dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan tetap mematuhi serta menerapkan protokol kesehatan dengan mengenakan masker, rajin  mencuci tangan hingga menjaga jarak,” jelasnya. (tim/adv)

https://www.youtube.com/watch?v=kAIvKKcz5HM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: